Minggu, 01 Maret 2009

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan dalam pembuatan briket ini yaitu berupa pemanfaatan bahan-bahan yang tidak berguna (sampah organik).

A. ALAT

Alat utama yang digunakan dalam pembuatan briket bioarang adalah tempat pembakaran. Tempat pembakaran yang tersedia harus memungkinkan bagi kita untuk mengatur volume udara yang keluar masuk sehingga intensitas pembakaran dapat dikendalikan. Selain tempat pembakaran dibutuhkan juga alat penumbuk, alat penceak, dan beberapa alat pembantu lain yang terperinci sebagai berikut:

1.

Drum

Drum terbuka, alasnya diberi lubang dan dipasang terbalik. Drum merupakan tempat pembakaran yang terbaik karena mudah dikontrol dan arang yang sudah jadi mudah dikeluarkan.

2.

Skop

Skop kecil ini digunakan untuk memasukkan dedaunan ke dalam alat pembakaran.

3.

Tongkat

Tongkat dapat berupa tongkat kayu atau tongkat besi digunakan untuk mengaduk dedaunan selama pembakaran agar pembakaran dapat merata.

4.

Ember

Ember digunakan untuk menyiram bara api bila pembakaran sudah selesai.

5.

Lumpang dan Alu

Lumpang dan alu digunakan untuk menumbuk bioarang.

6.

Waskom

Waskom digunakan untuk membuatt adonan bioarang.

7.

Panci

Panci digunakan untuk membuat adonan air kanji encer sebagai bahan perekat briket bioarang.

8.

Tepung kanji

Dibutuhkan tepung kanji secukupnya. Tepung kanji tersebut disiram dengan air panas sebagai bahan perekat briket.

9.

Seng Talang

Dibutuhkan seng talang berukuran 30 cm x 70 cm. Seng talang ini digulung berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Gunanya untuk membuat cetakan briket silinder berlubang.

10.

Bambu/batang pisang

Dibutuhkan Bambu/batang pisang berukuran panjang 40 cm danh berdiameter 7 cm. Batang pisang/bambu ini digunakan untuk membuat lubang pad briket silinder.

11.

Papan Kayu

Dibutuhkan papan kayu berukuran 40 cm x 40 cm. Papan ini digunakan untuk alas pencetakan briket bioarang silinder.

B. BAHAN

Bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan briket bioaranng ini diupayakan menggunakan bahan yang tidak memiliki nilai ekonomni yang tinggi dan bahkan sama sekali sudah tidak memiliki nilai ekonomis. Agar lebih jelas akan dibahas beberapa macam bahan baku berikut ini:

1. Sampah

Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah kadang-kadang harus dimusnahkan (dibakar) karena dianggap mengotori dan sarang penyakit. Sampah dapat berupa sampah hayati dan sampah non hayati. Sampah hayati diantaranya: daun-daun, ampas kelapa, serbuk gergaji, jerami (sisa-sisa tumbuhan perttanian lainnya), sekam (merang), dan aneka bahan hayati lainnya.

Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami, yakni benda-benda hayati.

2. Kayu dan ranting

Kayu termasuk benda hayati tetapi pada umumnya kayu memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu, disarankan penggunaan kayu sebagai bahan pembuatan briket adalah kayu yang benar-benar sudah tidak dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting.

Bahan baku yang paling disarankan untuk membuat briket bioarang adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan (pertanian) yang sudah tidak berguna. Sisa-sisa tumbuhan (sampah hayati) yang mengotori sekitar tempat tinggal atau menjadi sarang penyakit. Sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat briket bioarang daripada dibakar sia-sia.

PROSES PEMBUATAN BRIKET SAMPAH ORGANIK

A. Pembuatan Arang Sampah Organik

Pembuatan narang sampah organic secara sederhana dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Siapkan drum. Pada drum ini dibuat lubang buatan dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm.

2. Drum dilaakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Pasir diperlukan agar bagian bawah drum cukup rapat sehingga sehingga udara yang keluar masuk melalui bagian bawah drum ini dapat dihalangi.

3. Daun kering dimasukkan ke dalam drum melalui lubang buatan dan dibakar. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Selanjutnya, setelah api menyala aneka macam bahan dari sampah dapat dimasukkan ke dalam drum pembakaran sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam.

4. Selama proses pembakaran harus dijaga agar idak ada udara yang keluar masuk drum secara leluasa. Jika udara dapat keluar masuk drum maka pembakaran tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Dalm proses pembakaran ini, api dan asap yang timbul akibat pembakaran dimdalam drum menghalangi udara yang akan masuk melalui lubang buatan. Agar pembakaran merata sebaidigunakan kayu untuk mengorek sampah yang dibakar di dalam drum. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai tinggi drum.

5. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Untuk itu drum dimiringkan sedikit (menggunakan kayu) agar udara masuk bawah dan segera ditegakkan kembali. Petugas tidak boleh dekat-dekat dengan drum,karena saat udara masuk dari bawah lidah api akan keluar dari mulut drum. Bilas tidak keluar lidah api, berartti pembakaran sudah selesai. Pada saat inilah kita harus menyiram bara arang di dalam drum dengan air. Penyiraman dapat dilakukan melalui lubang buatan.

6. Selanjutnya, drum digulingkan dan arang yang terbentuk dikorek-korek. Jika masih ditemukan bara arang yang menyala segera disiram lagi dengan air agar arang yang terjadi tidak menjadi abu.

7. Kumpulkan arang yang terjadi dan simpan ditempat yang aman.

B. Pembuatan Briket Sampah Organik

Proses pembuatan briket sampah organik memang agak rumit tetapi sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipraktekkan. Proses sederhana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Siapkan penumbuk, misalnya lesung dan antan, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk arang. Selanjunya kumpulkan bubuk arang tersebut pada suatu tempat misalnya ember.

2. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas.

3. Campurkan kanji tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang sampah organik lebih hemat adonan ini dapat ditambah dengan ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket.

4. Seng talang yang tersedia (ukuran 30 cm x 70 cm) digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak.

5. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bamboo atau batang pisang yang tegak. Fungsi bambu atau batang pisang ini adalah untuk membuat lubang ventilasi atau sumuran dibagian tengah dan bawah briket sampah organik yang tercetak nanti.

6. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata.

7. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam.

8. Setelah 2 jam (adonan mulai mengeras), bambu atau batang pisang dicabut pelan-pelan dengan sedikit diputar agar briket sampah organik yang tercetak tidak pecah. Gulungan seng disekelilingnya juga dibuka dengan cara dilepas kawat-kawat pengikatnya.

9. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering.

Catatan:

1. Ukuran dan bentuk cetakan briket sampah organik bermacam-macam, ada yang besar dan ada yang kecil, tergantung pada kegunaannya. Bahkan, pembuatan briket langsung dapat dikepal dengan tangan.

2. Tempat cetak yang dapat dipakai juga bermacam-macam, misalnya kaleng susu, cangkir, atau bekas botol minuman yang terbuat dari plastik.

3. Briket sampah organik yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku atau anglo.

4. Briket sampah organik dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket sampah organik seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas.

Potensi Alam Gunungkidul

Potensi Sumber Daya

Pertanian Dan Kelautan Pada sektor pertanian Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan paling menonjol antara lain :
Tembakau Hasil produksi tembakau yang paling menonjol terdapat di Kecamatan Panggang 23,960 ton/th), Purwosari (67,876 ton/th), Saptosari (8,417 ton/th), Tepus (3,600 ton/th), Ngawen (79,500 ton/th) dan Semin (127,776 ton/th).
Ubi Kayu/Ketela Hasil Pertanian ini terdapat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul, pada tahun 2005 hasil panen ubi kayu/ketela sebanyak 799453,3 ton. Pada sektor kelautan potensi yang dimiliki masih sanggat terbuka lebar, hal ini dikarenakan luas garis pantai yang mencapai 97,76 km. Dengan demikian pengembangan pada sektor kelautan masih perlu ditanggani secara serius, sebagai bahan pengkajian dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2005 hasil panen laut baru berkisar antara 615.457 kg sampai dengan 617.100 kg. Meskipun hasil panen laut meningkat akan tetapi seharusnya dengan luas pantai yang dimiliki, hasil panen laut dapat lebih ditingkatkan.
Pertambangan dan Bahan Galian Kandungan material yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul beraneka ragam, baik yang bernilai ekonomis maupun ekologis. Berikut adalah beberapa potensi bahan tambang dan bahan galian yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul :
Andesit : Jumlah kandungan berkisar antara 3.752 m3 – 131.531.250 m3 terdapat di Kecamatan Panggang, Patuk dan Gedangsari. b.Batu dan Pasir : Jumlah kandungan berkisar antara 2.345 m3 – 560.410 m3 terdapat di Kecamatan Playen, Ngawen dan Gedangsari.
Batu Pasir Urug : Jumlah Kandungan berkisar antara 244.063.500 m3 terdapat di Kecamatan Ngawen, Patuk dan Gedangsari.
batu Pasir Tufan : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk, Panggang, Purwosari, Gedangsari, Nglipar, Semin, Ngawen dan Ponjong.
Batu Pasir Silika : Jumlah kandungan 24.000 m3 terdapat di Dusun Wuni dan Gabug, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari.
.Batu Gamping Keras (Bedhes) : Dengan jumlah kandungan bervariasi dan terdapat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Batu Gamping Lunak (Keprus) : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Paliyan, Saptosari, Purwosari dan Panggang. h.Fospat : Terdapat di Kecamatan Playen , Desa Getas, Dusun Sengok dengan jumlah kandungan 66 m3. i.Breksi Pumis : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk, Gedangsari, Semin, Ngawen, Karangmojo dan Ponjong.
Kalsilotit : Jumlah kandungan berkisar antara 301.020 m3 sampai 7.400.000 m3 terdapat di Kecamatan Playen dan Paliyan. k.Kaolin : Terdapat diKecamatan Semin dengan jumlah kandungan 4.840.500 m3 dan di Kecamatan Ponjong dengan jumlah kandungan 343.300 m3. l.Kalsedon (Batu Rijang) : Jumlah kandungan berkisar antara 8000 m3 sampai 30.000m3 terdapat di Kecamatan Panggang dan Ponjong. m.Kalsit (Kalsium Karbonat) : Jumlah kandungan 221.238 m3 terdapat di Kecamatan saptosari, Panggang, Purwosari, Girisubo, Paliyan dan Ponjong. 3.Perindustrian Pertumbuhan pada sector industri di Kabupaten Gunungkidul terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar terhadap hasil-hasil industri. Beberapa industri yang berkembang di Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :
Kecamatan Gedangsari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : cowek batu, kayu/meubel, bambu dan batik.
Kecamatan semanu memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : emping melinjo, kayu/meubel, tempe, genteng, jamu dan bambu.
Kecamatan Patuk memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : Topeng, dan arang kayu.
Kecamatan Semin memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : Batako, tempe, tikar, makanan olahan, pathilo, bambu, dan kayu/meubel.
Kecamatan Karangmojo memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : bambu, emping melinjo, tegel, wayang kulit dan pande besi.
Kecamatan Saptosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : pathilo, rumput laut, tempe, bambu, perak, kasur dan genteng.
Kecamatan Rongkop dan Kecamatan Girisubo memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : anyaman rotan, wayang kulit, emping melinjo, bambu, tahu, asesoris dan pathilo. h.Kecamatan Paliyan memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : bambu, parut, perak, ban bekas dan kuningan. i.Kecamatan Playen memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : genteng, kayu/meubel, jamu, tegel, gerabah, pawon/luwengan, batu ornamen, makanan olahan dan asesoris
Kecamatan Ponjong memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : batu akik, kayu/meubel, tahu, bambu, pupuk guano, emping melinjo dan batu olahan. k.Kecamatan Nglipar memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : kayu/meubel, gula jawa, tikar dan bambu. l.Kecamatan Ngawen memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : batik, kain tenun dan bamboo. m.Kecamatan Panggang dan Kecamatan Purwosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : makanan olahan, pathilo, kayu/meubel dan emping melinjo.
Kecamatan Tepus dan Kecamatan Tanjungsari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : pathilo, kayu/meubel/, kece dan tikar.
Kecamatan Wonosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : asesoris, gamping, kecambah, ember, sablon, konveksi, mainan anak, anyaman sabut, wayang kulit, batu ornamen, pande besi, tegel, kulit, tembaga dan kayu/meubel. .

bismillah

assalamu'alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat, nikmat dan kesempatan ini kami diberi amanah untuk melakukan PKMM berupa pelatihan pembuatan briket sampah organik di desa Ngeposari, kecamatan semanu Kab. Gunungkidul, Yogyakarta.
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu...
kepada Bp. Sabar nurohman yang dengan sabar membimbing kami,
kepada kedua orang tua kami yang telah memberi dukungan dan
temen temen seperjuangan di PFR'06 dan KSI MIST atas semangat dan motiVasinya....
semangat terus buat kita semua.....
Wassalamualaikum.wr.wb