Rabu, 28 Oktober 2009

SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF HUMAS FMIPA - 18 2009

Lonjakan harga minyak mempengaruhi aktifitas perekonomian di berbagai belahan dunia. Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang bisa dijumpai di berbagai daerah di tanah air. Oleh karena itu perlu adanya sebuah terobosan dalam mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi. Salah satu energi alternatif yang berkembang saat ini adalah pemanfaatan briket sampah organik yang murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Dari hasil pertanian pada saat panen banyak sampah organik melimpah seperti jerami padi, klobot jagung, kulit kacang, daun, batang kedelai dan hanya dimanfaatkan sebagai makan ternak, itupun jika masyarakat memelihara hewan ternak. Biasanya sampah-sampah tersebut hanya dibakar sehingga menyebabkan polusi udara. Bahan-bahan tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuat briket sampah organik. Mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Fitri Yulianti, Tri Yanti, Vina Anjarsusani, Yudiarti dan Yuliani tertarik pada briket sampah organik untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan murah khususnya untuk masyarakat menengah kebawah. Sampah organik yang digunakan adalah kulit kacang tanah dan telah diterapkan di dusun Tunggakrono, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul melalui sebuah pelatihan belum lama ini. Daerah Gunungkidul sangat potensial untuk mengembangkan teknologi sederhana ini karena daerahnya masih banyak ditemukan sampah organik.. Kualitas briket kulit kacang tanah ini tidak kalah dengan batu bara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami dan yang paling disarankan adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan yang sudah tidak berguna. Proses pembuatan briket dimulai dari mengumpulkan bahan, pembuatan arang, penumbukan, pengayakan, mencampur bubuk arang dengan kanji, pencetakan, penjemuran dan briket siap digunakan. Pembuatan arang kulit kacang tanah secara sederhana dilakukan dengan menyiapkan drum yang berlubang dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm dan diletakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Kulit kacang tanah dimasukkan dan dibakar sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Tidak boleh ada udara keluar masuk drum karena tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Agar pembakaran merata digunakan kayu untuk mengorek. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai sepertiga tinggi drum. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Bila tidak keluar lidah api berarti pembakaran sudah selesai lalu bara arang disiram dengan air melalui lubang buatan. Pembuatan briket sampah organik adalah arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas dan dicampurkan dengan bubuk arang dengan perbandingan 10 kg arang dengan 1 kg kanji sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang lebih hemat dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket. Seng talang yang tersedia digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bambu atau batang pisang yang tegak. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam dan gulungan seng disekelilingnya juga dibuka. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering. Briket kulit kacang yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku dan dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket kulit kacang seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas

briket _artikel MIPA UNY

SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
HUMAS FMIPA - 18 2009


Lonjakan harga minyak mempengaruhi aktifitas perekonomian di berbagai belahan dunia. Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang bisa dijumpai di berbagai daerah di tanah air. Oleh karena itu perlu adanya sebuah terobosan dalam mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi. Salah satu energi alternatif yang berkembang saat ini adalah pemanfaatan briket sampah organik yang murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Dari hasil pertanian pada saat panen banyak sampah organik melimpah seperti jerami padi, klobot jagung, kulit kacang, daun, batang kedelai dan hanya dimanfaatkan sebagai makan ternak, itupun jika masyarakat memelihara hewan ternak. Biasanya sampah-sampah tersebut hanya dibakar sehingga menyebabkan polusi udara. Bahan-bahan tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuat briket sampah organik. Mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Fitri Yulianti, Tri Yanti, Vina Anjarsusani, Yudiarti dan Yuliani tertarik pada briket sampah organik untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan murah khususnya untuk masyarakat menengah kebawah. Sampah organik yang digunakan adalah kulit kacang tanah dan telah diterapkan di dusun Tunggakrono, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul melalui sebuah pelatihan belum lama ini. Daerah Gunungkidul sangat potensial untuk mengembangkan teknologi sederhana ini karena daerahnya masih banyak ditemukan sampah organik.. Kualitas briket kulit kacang tanah ini tidak kalah dengan batu bara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami dan yang paling disarankan adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan yang sudah tidak berguna. Proses pembuatan briket dimulai dari mengumpulkan bahan, pembuatan arang, penumbukan, pengayakan, mencampur bubuk arang dengan kanji, pencetakan, penjemuran dan briket siap digunakan. Pembuatan arang kulit kacang tanah secara sederhana dilakukan dengan menyiapkan drum yang berlubang dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm dan diletakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Kulit kacang tanah dimasukkan dan dibakar sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Tidak boleh ada udara keluar masuk drum karena tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Agar pembakaran merata digunakan kayu untuk mengorek. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai sepertiga tinggi drum. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Bila tidak keluar lidah api berarti pembakaran sudah selesai lalu bara arang disiram dengan air melalui lubang buatan. Pembuatan briket sampah organik adalah arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas dan dicampurkan dengan bubuk arang dengan perbandingan 10 kg arang dengan 1 kg kanji sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang lebih hemat dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket. Seng talang yang tersedia digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bambu atau batang pisang yang tegak. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam dan gulungan seng disekelilingnya juga dibuka. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering. Briket kulit kacang yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku dan dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket kulit kacang seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas.