Rabu, 28 Oktober 2009

SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF HUMAS FMIPA - 18 2009

Lonjakan harga minyak mempengaruhi aktifitas perekonomian di berbagai belahan dunia. Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang bisa dijumpai di berbagai daerah di tanah air. Oleh karena itu perlu adanya sebuah terobosan dalam mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi. Salah satu energi alternatif yang berkembang saat ini adalah pemanfaatan briket sampah organik yang murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Dari hasil pertanian pada saat panen banyak sampah organik melimpah seperti jerami padi, klobot jagung, kulit kacang, daun, batang kedelai dan hanya dimanfaatkan sebagai makan ternak, itupun jika masyarakat memelihara hewan ternak. Biasanya sampah-sampah tersebut hanya dibakar sehingga menyebabkan polusi udara. Bahan-bahan tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuat briket sampah organik. Mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Fitri Yulianti, Tri Yanti, Vina Anjarsusani, Yudiarti dan Yuliani tertarik pada briket sampah organik untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan murah khususnya untuk masyarakat menengah kebawah. Sampah organik yang digunakan adalah kulit kacang tanah dan telah diterapkan di dusun Tunggakrono, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul melalui sebuah pelatihan belum lama ini. Daerah Gunungkidul sangat potensial untuk mengembangkan teknologi sederhana ini karena daerahnya masih banyak ditemukan sampah organik.. Kualitas briket kulit kacang tanah ini tidak kalah dengan batu bara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami dan yang paling disarankan adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan yang sudah tidak berguna. Proses pembuatan briket dimulai dari mengumpulkan bahan, pembuatan arang, penumbukan, pengayakan, mencampur bubuk arang dengan kanji, pencetakan, penjemuran dan briket siap digunakan. Pembuatan arang kulit kacang tanah secara sederhana dilakukan dengan menyiapkan drum yang berlubang dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm dan diletakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Kulit kacang tanah dimasukkan dan dibakar sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Tidak boleh ada udara keluar masuk drum karena tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Agar pembakaran merata digunakan kayu untuk mengorek. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai sepertiga tinggi drum. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Bila tidak keluar lidah api berarti pembakaran sudah selesai lalu bara arang disiram dengan air melalui lubang buatan. Pembuatan briket sampah organik adalah arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas dan dicampurkan dengan bubuk arang dengan perbandingan 10 kg arang dengan 1 kg kanji sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang lebih hemat dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket. Seng talang yang tersedia digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bambu atau batang pisang yang tegak. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam dan gulungan seng disekelilingnya juga dibuka. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering. Briket kulit kacang yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku dan dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket kulit kacang seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas

briket _artikel MIPA UNY

SAMPAH ORGANIK SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF
HUMAS FMIPA - 18 2009


Lonjakan harga minyak mempengaruhi aktifitas perekonomian di berbagai belahan dunia. Kelangkaan BBM merupakan pemandangan yang bisa dijumpai di berbagai daerah di tanah air. Oleh karena itu perlu adanya sebuah terobosan dalam mengembangkan energi alternatif selain minyak bumi. Salah satu energi alternatif yang berkembang saat ini adalah pemanfaatan briket sampah organik yang murah, mudah didapat dan ramah lingkungan. Dari hasil pertanian pada saat panen banyak sampah organik melimpah seperti jerami padi, klobot jagung, kulit kacang, daun, batang kedelai dan hanya dimanfaatkan sebagai makan ternak, itupun jika masyarakat memelihara hewan ternak. Biasanya sampah-sampah tersebut hanya dibakar sehingga menyebabkan polusi udara. Bahan-bahan tersebut sebenarnya dapat diolah menjadi arang yang selanjutnya digunakan sebagai bahan pembuat briket sampah organik. Mahasiswa jurusan pendidikan fisika FMIPA UNY yaitu Fitri Yulianti, Tri Yanti, Vina Anjarsusani, Yudiarti dan Yuliani tertarik pada briket sampah organik untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan murah khususnya untuk masyarakat menengah kebawah. Sampah organik yang digunakan adalah kulit kacang tanah dan telah diterapkan di dusun Tunggakrono, Ngeposari, Semanu, Gunungkidul melalui sebuah pelatihan belum lama ini. Daerah Gunungkidul sangat potensial untuk mengembangkan teknologi sederhana ini karena daerahnya masih banyak ditemukan sampah organik.. Kualitas briket kulit kacang tanah ini tidak kalah dengan batu bara atau bahan bakar jenis arang lainnya. Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami dan yang paling disarankan adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan yang sudah tidak berguna. Proses pembuatan briket dimulai dari mengumpulkan bahan, pembuatan arang, penumbukan, pengayakan, mencampur bubuk arang dengan kanji, pencetakan, penjemuran dan briket siap digunakan. Pembuatan arang kulit kacang tanah secara sederhana dilakukan dengan menyiapkan drum yang berlubang dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm dan diletakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Kulit kacang tanah dimasukkan dan dibakar sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Tidak boleh ada udara keluar masuk drum karena tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Agar pembakaran merata digunakan kayu untuk mengorek. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai sepertiga tinggi drum. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Bila tidak keluar lidah api berarti pembakaran sudah selesai lalu bara arang disiram dengan air melalui lubang buatan. Pembuatan briket sampah organik adalah arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas dan dicampurkan dengan bubuk arang dengan perbandingan 10 kg arang dengan 1 kg kanji sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang lebih hemat dapat ditambah ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket. Seng talang yang tersedia digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bambu atau batang pisang yang tegak. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam dan gulungan seng disekelilingnya juga dibuka. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering. Briket kulit kacang yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku dan dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket kulit kacang seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas.

Kamis, 28 Mei 2009

KUNJUNGI .......DISPLAY PRODUK PKM FMIPA UNY

SAKSIKAN GELAR PRODUK PKMM BRIKET SAMPAH ORGANIK
YANG DILAKSANAKAN PADA
HARI : JUM'AT
TANGGAL: 29 MEI 2009
WAKTU : 13.00-17.00 WIB
TEMPAT : RUANG SEMINAR FMIPA UNY

MUNCULKAN IDE-IDE KREATIFMU BERSAMA KAMI....
SEMANGAT...

MONITORING & EVALUASI PKMM BRIKET

Alkhamdulillah 70% PKMM kami sudah selesai...
sekarang telah sampai dalam tahap monitoring PKM meliputi
a. Monitoring Fakultas FMIPA UNY : Display produk (29 Mei 2009)
bertempat di R.Seminar FMIPA UNy
produk PKMM Briket berupa:
1. Modul Pembuatan Briket Sampah Organik
2. Briket kulit kacang
3. foto Kegiatan dari observasi hingga pelaksanaan workshop
b. Monitoring Universitas (1 Juni 2009)
Presentasi laporan kemajuan
c. Monitoring DIKTI (2-5 Juni 2009) di Student Center UNY
1. Presentasi Laporan Kemajuan
2. Display Produk
Menampilkan : Modul Pembuatan Briket, Briket, dan foto kegiatan.

Minggu, 22 Maret 2009

NEWS

Pelatihan Pembuatan Briket Sampah Organik Sebagai BAhan Bakar Alternatif akan di laksanakan di GUNUNGKIDUL pada:
hari : Minggu
tanggal : 29 MAret 2009
pukul : 09.00 - 15.30
tempat : Balai Dusun Tunggaknongko, desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul.
pelatihan akan dihadiri oleh
1. perangkat desa Ngeposari
2. perangkat dusun Tunggaknongko,
3. perwakilan dari karang taruna "BMW Tunggaknongko"
4. peserta berasal dari warga dusun tunggaknongko.
pelaksana kegiatan adalah Mahasiswa Pend. Fisika'06
panitia:
1. Fitri Yulianti,
2. Vina Anjarsusani,
3. Triyanti
4. Yuliani,
5. yudiarti
Dosen Pembimbing:
Sabar Nurohman, M.Pd.Si


.....Untuk kelancaran Acara ini kami mohon Doanya.....
semoga dapat bermanfaat..... semangat!!!!

Senin, 16 Maret 2009

AGENDA MONITORING PESERTA WORKSHOP

I. Melihat briket hasil workshop
Melihat hasil briket hasil pelatihan dan memberikan saran serta arahan kepada warga untuk memproduksi briket kembali.
II. Menampung kesulitan dalam pembuatan dan menindaklanjuti pemanfaatan briket.
Menanyakan kesulitan-kesulitan dalam memproduksi briket lebih lanjut.
III. Monitoring pemanfaatan briket
Memonitoring pembuatan dan pemakaian briket.
IV. Monitoring pemanfaatan briket dan penyebaran angket tingkat kemanfaatan briket pada masyarakat di desa Ngeposari.
V. Monitoring dan pengambilan angket.
Memonitoing kembali untuk menindaklanjuti pembuatan briket dan pengambilan angket yang telah dibagikan.

SUSUNAN ACARA

PELATIHAN PEMBUATAN BRIKET SAMPAH ORGANIK
Di Desa Ngeposari Kecamatan Semanu Kabupaten Gunungkidul

Waktu kegiatan acara
10.00-10.15 Registrasi peserta
10.15-10.45 Sambutan
10.45-11.30 Presentasi pemakalah
11.30-12.00 Tanya jawab
12.00-12.30 ISOMA
12.30-15.00 Workshop
15.00-15.35 Penutup

Senin, 09 Maret 2009

Mengolah Sampah Organik Menjadi Briket

Briket merupakan bahan bakar padat yang menjadi bahan bakar alternative pengganti minyak tanah. Saat ini bahan untuk membuat briket tak hanya dari batu bara saja. Sampah organik pun juga bisa dimanfaatkan

Sampah makin melimpah kian menjadi masalah. Tapi, bagi sebagian warga Bantul, khususnya di kawasan Kecamatan Kretek dan Bambanglipuro, banyaknya sampah justru menjadi berkah. Mereka mengolah sampah menjadi produk yang bermanfaat dan mendatangkan keuntungan ekonomi.

Salah satu produk "daur ulang" sampah itu adalah briket sampah. Saat ini ada sekitar tujuh sentra pembuatan briket sampah, tersebar di kawasan Kecamatan Kretek dan Bambanglipuro, Bantul.

Briket yang satu ini memang terbuat dari sampah. Tapi sampah yang dipakai bukan sembarang sampah, melainkan sampah organik. Dedaunan, kulit kelapa, rating-ranting tumbuhan kecil contohnya. Sebutan briket sampah, selain mengacu pada bahan baku, juga untuk membedakan dengan briket batu bara yang sudah ada dikenal masyarakat sebelumnya.

Edi Gunarto (35), salah seorang pemilik sentra pembuatan briket sampah menyebutkan bahwa kegiatan membuat briket ini mulai marak setahun lalu. Pengetahuan dan keterampilan membuat bahan bakar alternatif tersebut mereka dapat dari pelatihan yang diselenggarakan pemerintah desa setempat.

Edi sendiri menggunakan bahan baku kulit kacang dan serutan kayu sisa gergajian kayu untuk pembuatan briket. Penggunaan bahan baku kulit kacang dan sisa gergajian kayu itu lantaran bahan tersebut melimpah di rumahnya. Maklum, di rumahnya Edi juga memiliki usaha penggilingan pengupasan kacang dan penggergajian kayu sehingga tak perlu susah-susah membeli bahan baku.

"Sebenarnya tak harus kulit kacang, tapi semua sampah organik bisa untuk bahan baku. Daun-daunan misalnya, bisa dibuat briket," ujarnya saat ditemui dirumahnya yang terletak di Dusun Plebengan, sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul.

Dibuat Arang Terlebih Dahulu

Membuat briket sampah tidaklah terlalu sulit. Proses pertama adalah proses membuat arang. Bahan baku yang berupa sampah dibuat arang dengan cara dibakar dalam tabung tertutup. Jika dibakar di dalam ruang atau tabung terbuka maka akan sampah yang dibakar akan menjadi abu. Pembakaran dapat dilakukan dengan menggunakan drum atau bak di dalam tanah. Setelah menjadi arang, sampah bakar kemudian digiling hingga berbentuk bubuk arang.

Selanjutnya, bubuk arang tersebut dicampur dengan adonan perekat yang terbuat dari kanji. Perbandingan campurannya, setiap satu kilogram adonan perekat, campuran bubuknya sebesar sepuluh kilogram (1 kg adonan perekat : 10 kg bubuk arang). Setelah itu barulah dilakukan pencetakan dan pengepresan dengan mesin. Pengepresan merupakan bagian sangat penting karena menyangkut kualitas kepadatan briket. Semakin padat briket, makin semakin tinggi daya nyala apinya. Proses pencetakan briket menentukan briket yang akan dibuat. Cetakan briket pun beragam, ada yang kotak dan ada juga yang bulat. Setelah proses pencetakan selesai, briket yang masih basah itu kemudian dikeringkan dengan cara dijemur selama kurang lebih 2 hari. jika tak ada panas, atau pada saat musim hujan, briket yang masih basah cukup didiamkan selama 4 hari. Setelah kering, briket pun siap digunakan.

Agar mudah dalam pemasarannya, briket dikemas dalam kantung plastik. Kemasan untuk rumah tangga biasanya dalam ukuran kiloan. Setiap 1 kg berisi 20 kotak briket. Satu kotak briket besarnya kurang lebih 4 cm x 4 cm dengan ketebalan sekitar 3 cm. Semakin kecil ukuran briket, maka semakin mudah untuk menyalakannya. Namun kelemahannya, briket ukuran kecil semakin cepat habis. Harga 1 kg briket sekitar Rp 2.500.

Lebih Irit Dari Kayu Bakar

Menggunakan briket untuk bahan bakar memasak, terhitung lebih irit dibanding minyak tanah. Hitungan sederhananya, untuk keperluan memasak nasi, sayur, dan gorengan lauk, jika menggunakan kompor minyak tanah akan menghabiskan sekitar 1 liter minyak yang harganya sekarang ini paling tidak sekitar Rp 3.000-an. Sedangkan jika menggunakan briket cukup hanya mengeluarkan uang Rp 1.250 untuk keperluan memasak.

"Bahkan hitungannya juga lebih irit dari kayu bakar, jika asumsinya kayu bakar juga membeli. Satu ikat kayu yang kemampuan nyalanya sebanding dengan setengah kilogram briket paling tidak sekarang harganya sekitar Rp 2.500. Jika memakai kayu masih harus melakukan proses pembakaran kayu yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Sedangkan dengan briket, mudah ketika menyalakannya," kata Ny. Atun (26) warga Samen, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, yang telah beralih menggunakan briket.

Selain lebih irit, briket sampah tidak akan mengotori peralatan masak ketika dipakai untuk memasak. Karena pembakaran bahan bakar ini tidak banyak mengeluarkan asap maupun jelaga. Apinya pun cenderung stabil menyala. "jelaganya tidak hitam, tapi putih dan lebih mudah dibersihkan," lanjut Sudarti (28) pembuat briket sampah dari Tirtohargo, Kretek.

Mudah Nyala Di Tungku Kecil

Mendengar kata briket, umumnya yang muncul dalam ingatan kita adalah briket batu bara. Briket batu bara selama ini dikenal sebagai bahan bakar alternatif. Namun selama ini pemanfaatan bahan bakar tersebut masih sebatas untuk bahan bakar bagi industri besar.

Rumah tangga belum banyak yang memakainya karena selain agak sulit ketika menyalakannya untuk tungku kecil, harganya juga relatif mahal. Selain itu, di daerah pedesaan, briket batu bara juga agak sulit didapatkan.

Untuk menyalakan briket ini diperlukan tungku gerabah. Caranya, briket ditaruh di lubang di atas tungku. Kemudian briket dinyalakan dari atas. Untuk menyalakan briket sampah pun tidak sesulit briket batu bara. Untuk merangsang api menyala bisa menqqunakan bantuan secuil kain atau kertas. Tidak perlu hembusan angin dari kipas. Asal satu kotak briket sudah menyala maka dalam waktu cepat akan menular ke kotak briket lainnya.

Tungku untuk ukuran rumah tangga, biasanya menggunakan ukuran kapasitas 1/2 kg dan 1 kg briket. Kekuatan menyala 1/2 kg briket berkisar 1,5 jam. "Kapasitas tungku kecil bisa untuk memasak nasi, sayur, dan gorengan lauk secara bergantian. Bahkan sisanya masih bisa untuk menanak air untuk mandi," kata Edi.

Sebagaimana briket pada umumnya, briket sampah ini memang belum banyak dikenal masyarakat luas. Sosialisasi pada konsumen masih sangat terbatas. Selain itu, kendala pengembangan produksi briket sampah, sebagaimana diungkapkan Gunarto, lebih pada peralatan. Selama ini produsen briket sampah di kedua daerah ini masih menqandalkan peralatan manual Akibatnya kualitas pada proses pres kurang bisa seragam kepadatannya.

Minyak tanah kian mahal dan langka. Gas juga setiap saat meroket harganya. Belum lagi rasa takut akibat pemberitaan kasus ledakan gas elpiji. Solusinya, boleh jadi briket sampah menjadi satu satu pilihan alternatif bahan bakar. Apapun alasannya, menggunakan apalagi membuat sendiri briket sampah jelas lebih menguntungkan. Selain lebih irit secara ekonomis, juga membantu mengurangi penumpukan sampah. Ini artinya, ikut menjaga kebersihan lingkungan.

Briket Limbah Kulit Kacang: Energi Alternatif Murah, Mudah Didapat*

Awalnya, Edi Gunarto (36 tahun), warga Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Bambanglipuro, Bantul, tidak pernah menyangka tumpukan limbah kulit kacang yang menggunung di samping rumahnya itu bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah atau elpiji. Padahal limbah itu sudah menumpuk di sana sejak tahun 2001, sejak ia memulai usaha penggilingan kacang di rumahnya.

Guna mengurangi gunungan limbah kulit kacang yang setiap hari semakin bertambah tinggi itu, Gun menjualnya ke pengusaha tahu di sekitar kawasan Bantul dan kota-kota lainnya untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar mentah pengganti kayu atau minyak tanah dan elpiji. Bahkan, beberapa peternak ayam di Klaten juga memanfaatkan limbah itu sebagai campuran makanan ternak. Sebagai seorang yang sederhana, sesederhana itu pulalah selama ini pemikiran Gun untuk ‘menguangkan’ kembali kulit kacang yang telah dianggap sebagai sampah itu. Biasanya, laki-laki berambut gondrong itu menjualnya secara borongan seharga Rp 100 ribu per truk.

Namun, pada pertengahan 2007 lalu, ketika Pemerintah Desa Sidomulyo menyelenggarakan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi bahan bakar, maka berubah pulalah orientasi hidup Gun (panggilan sehari-hari Edi Gunarto). Bersama 20 warga lainnya, dengan peralatan yang sederhana, Gun mengikuti pelatihan pembuatan briket dengan bahan baku limbah sampah organik. “Mulanya, tidak langsung memakai limbah kulit kacang di pekarangan rumah saya itu, melainkan pakai grajen kayu dulu, setelah dicoba berkali-kali akhirnya baru memakai kulit kacang. Selain bahan bakunya mudah didapat itu juga lebih bermanfaat,” terang bapak satu anak itu yang saat ini istrinya tengah mengandung anak kedua mereka.

Pelatihan itu, lanjutnya, sebenarnya tidak hanya memanfaatkan limbah sampah sebagai bahan bakar, tapi juga sampah nonorganik yang bisa digunakan sebagai bahan baku kerajinan, juga sampah organik lain yang bisa dibuat kompos. Namun ternyata justru pelatihan dengan memanfaatkan limbah kulit kacang sebagai bahan bakar itulah yang justru bertahan, bahkan bisa berproduksi secara mandiri dan dijual ke pasaran.

*****

Pembuatan briket kulit kacang itu dimulai dengan pembakaran. Setelah menjadi arang, kulit kacang yang masih berbentuk utuh lantas digiling. Proses selanjutnya, serbuk arang kulit kacang itu dicampur dengan adonan lem kanji, kemudian dipres untuk dicetak. Pencampuran antara adonan serbuk kulit kacang dengan lem kanji membutuhkan perbandingan 10:1, jadi setiap 10 kilogram serbuk kulit kacang membutuhkan satu kilogram lem kanji agar bisa dipres menjadi cetakan briket yang diinginkan. Setelah briket dicetak, lantas dijemur hingga kering. “Selama ini kami mengandalkan sinar matahari untuk pengeringan, namun jika cuaca tidak memungkinkan terpaksa kami memakai oven,” jelasnya.

Dari keseluruhan proses produksi briket limbah sampah organik itu, pembakaranlah yang memakan waktu cukup lama, kurang lebih sekitar dua hingga dua setengah jam. “Saat dilakukan pembakaran itu, kita harus benar-benar memerhatikan keseluruhan prosesnya, tidak bisa ditinggal karena harus terus-menerus diawasi, jangan sampai apinya mati sebab nanti akan gagal. Akan tetapi api itu juga tidak boleh dibiarkan hidup (membesar, red) karena kulit kacang yang dibakar akan menjadi abu, kalau sudah jadi abu tidak bisa dibikin menjadi serbuk. Gampang-gampang susah, memang,” tutur suami Purwanti itu. Untuk itu dirinya harus selalu mengamati dengan teliti ketika proses pembakaran itu tengah berlangsung melalui asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut.

Setiap satu tong drum ukuran sedang sanggup memuat 10 kilogram kulit kacang untuk dibakar. Itu, nantinya, akan menghasilkan briket sebanyak 5-6 kilogram. “Jika kami bisa memanfaatkan waktu kerja secara efektif, per hari, bisa menghasilkan hingga dua kuintal briket siap pakai. Sayangnya, sejak adanya aktifitas pembuatan briket di komunitas kami ini, kami jadi sering didatangi wartawan yang ingin wawancara jadi malahan waktu kerja kami tersita untuk melayani para wartawan itu,” ujarnya sambil tertawa.

Untuk mendapatkan kulit kacang sebagai bahan baku, Gun tidak cukup risau memikirkannya. Sebab, limbah kulit kacang yang dihasilkan dari usaha penggilingan kacang yang dimilikinya mencapai 1-1,5 ton setiap harinya. “Kalau soal bahan baku kami justru berlebih. Apalagi sejak ada pembuatan briket itu, saya (secara pribadi) menghentikan penjualan limbah kulit kacang mentah kepada para pelanggan lama karena memang limbah itu akan saya manfaatkan secara maksimal untuk pembuatan briket saja,” paparnya.

*****

Sayangnya, apa yang diharapkan Gun untuk memanfaatkan briket yang dijual per kilogram seharga Rp 2.000 dengan isi 20-25 bongkahan kecil itu masih belum mencapai hasil yang maksimal. Pasalnya, sasaran pemakai bahan bakar rumah tangga yang harganya relatif lebih murah dibanding minyak tanah atau elpiji itu justru bukan dari kalangan rumah tangga. Melainkan justru perajin-perajin yang menjalankan usaha home industri, seperti pengusaha tahu atau krupuk.

Gun mengakui, kesulitan penjualan itu juga dikarenakan belum adanya sosialisasi secara lebih luas kepada warga masyarakat, bahwa ada bahan bakar lain pengganti minyak tanah dan elpiji yang lebih murah dan mudah didapat, karena bisa dihasilkan dari lingkungan sekitar mereka sendiri. “Tetangga sekitar saya saja banyak yang tidak tahu tentang briket itu dan belum mau memakainya. Mereka masih khawatir, meskipun murah tapi takutnya pemakaian justru lebih boros,” kata ayah Vivilia Pradita itu.

Padahal, menurutnya, sebenarnya kita hanya perlu mengubah pola atau cara memasak yang selama ini sudah dijalankan. Jika pada umumnya masing-masing rumah tangga, dalam sehari, memasak keperluan pangan dan lain-lain dua hingga tiga kali, dan itu, ternyata memang relatif jauh lebih boros dalam penggunaan bahan bakar. Gun pun menyarankan, mulai sekarang, dengan adanya bahan bakar briket itu, masyarakat juga mulai mengubah pola memasak mereka. “Sebelum memasak terlebih dulu harus dikonsep sesuai dengan kebutuhan seluruh anggota keluarga pada hari itu, dan memasaknya pun juga harus diselesaikan dalam satu kali proses memasak, jadi dalam sehari tidak perlu memasak sampai dua atau tiga kali. Saat saya menerapkan pola itu dalam keluarga saya, ternyata memang lebih irit pemakaian bahan bakar. Apalagi jika memakai briket yang suhu panasnya lebih tinggi dan bisa bertahan lama dibanding minyak tanah, sehingga dalam mematangkan masakan bisa lebih cepat dan optimal,” jelasnya.

Kendala lain yang dirasanya menjadi penghambat tersosialisasinya briket itu adalah belum tersedianya tungku sebagai media pembakaran. Memang, tungku yang dibutuhkan bukan tungku sembarangan, seperti tungku arang yang selama ini dikenal masyarakat. Melainkan, harus menggunakan tungku khusus seperti yang digunakan untuk batu bara yang terbuat dari batu tahan api. “Kalau memakai tungku arang, panas yang dihasilkan tidak maksimal karena tidak merata, panasnya kan dari bawah. Jika memakai tungku batu bara panasnya merata karena dari atas,” ungkapnya.

Saat ini, Gun dan Pemerintah Desa Sidomulyo tengah menjalin kerja sama dengan para perajin gerabah di Pundong, Bantul untuk pembuatan tungku khusus briket sampah itu, yang rencananya akan dijual seharga Rp 6.000 per tungku. “Kalau nanti tungkunya sudah disediakan di sini, para pemakai dari kalangan rumah tangga sudah bisa memanfaatkan briket sampah itu sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah untuk kebutuhan rumah tangga, karena kan tungkunya sudah ada. Jadi tidak hanya kalangan home industri yang memanfaatkan bahan bakar murah itu, melainkan individu juga sudah ikut memanfaatkannya, supaya tidak akan ada lagi alasan untuk tidak mau berganti menggunakan energi alternatif pengganti minyak tanah atau elpiji yang semakin langka dan mahal itu,” imbuhnya.***

[*tulisan ini dimuat di Majalah Kombinasi Edisi 23-Februari 2008]

Minggu, 01 Maret 2009

ALAT DAN BAHAN

Bahan yang digunakan dalam pembuatan briket ini yaitu berupa pemanfaatan bahan-bahan yang tidak berguna (sampah organik).

A. ALAT

Alat utama yang digunakan dalam pembuatan briket bioarang adalah tempat pembakaran. Tempat pembakaran yang tersedia harus memungkinkan bagi kita untuk mengatur volume udara yang keluar masuk sehingga intensitas pembakaran dapat dikendalikan. Selain tempat pembakaran dibutuhkan juga alat penumbuk, alat penceak, dan beberapa alat pembantu lain yang terperinci sebagai berikut:

1.

Drum

Drum terbuka, alasnya diberi lubang dan dipasang terbalik. Drum merupakan tempat pembakaran yang terbaik karena mudah dikontrol dan arang yang sudah jadi mudah dikeluarkan.

2.

Skop

Skop kecil ini digunakan untuk memasukkan dedaunan ke dalam alat pembakaran.

3.

Tongkat

Tongkat dapat berupa tongkat kayu atau tongkat besi digunakan untuk mengaduk dedaunan selama pembakaran agar pembakaran dapat merata.

4.

Ember

Ember digunakan untuk menyiram bara api bila pembakaran sudah selesai.

5.

Lumpang dan Alu

Lumpang dan alu digunakan untuk menumbuk bioarang.

6.

Waskom

Waskom digunakan untuk membuatt adonan bioarang.

7.

Panci

Panci digunakan untuk membuat adonan air kanji encer sebagai bahan perekat briket bioarang.

8.

Tepung kanji

Dibutuhkan tepung kanji secukupnya. Tepung kanji tersebut disiram dengan air panas sebagai bahan perekat briket.

9.

Seng Talang

Dibutuhkan seng talang berukuran 30 cm x 70 cm. Seng talang ini digulung berbentuk silinder berukuran tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Gunanya untuk membuat cetakan briket silinder berlubang.

10.

Bambu/batang pisang

Dibutuhkan Bambu/batang pisang berukuran panjang 40 cm danh berdiameter 7 cm. Batang pisang/bambu ini digunakan untuk membuat lubang pad briket silinder.

11.

Papan Kayu

Dibutuhkan papan kayu berukuran 40 cm x 40 cm. Papan ini digunakan untuk alas pencetakan briket bioarang silinder.

B. BAHAN

Bahan-bahan baku yang digunakan dalam pembuatan briket bioaranng ini diupayakan menggunakan bahan yang tidak memiliki nilai ekonomni yang tinggi dan bahkan sama sekali sudah tidak memiliki nilai ekonomis. Agar lebih jelas akan dibahas beberapa macam bahan baku berikut ini:

1. Sampah

Sampah adalah barang-barang atau benda-benda yang sudah tidak berguna lagi dan harus dibuang. Sampah kadang-kadang harus dimusnahkan (dibakar) karena dianggap mengotori dan sarang penyakit. Sampah dapat berupa sampah hayati dan sampah non hayati. Sampah hayati diantaranya: daun-daun, ampas kelapa, serbuk gergaji, jerami (sisa-sisa tumbuhan perttanian lainnya), sekam (merang), dan aneka bahan hayati lainnya.

Sampah yang dijadikan bahan baku bioarang adalah sampah-sampah alami, yakni benda-benda hayati.

2. Kayu dan ranting

Kayu termasuk benda hayati tetapi pada umumnya kayu memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu, disarankan penggunaan kayu sebagai bahan pembuatan briket adalah kayu yang benar-benar sudah tidak dapat digunakan untuk keperluan lain yang lebih penting.

Bahan baku yang paling disarankan untuk membuat briket bioarang adalah sampah hayati sisa-sisa tumbuhan (pertanian) yang sudah tidak berguna. Sisa-sisa tumbuhan (sampah hayati) yang mengotori sekitar tempat tinggal atau menjadi sarang penyakit. Sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat briket bioarang daripada dibakar sia-sia.

PROSES PEMBUATAN BRIKET SAMPAH ORGANIK

A. Pembuatan Arang Sampah Organik

Pembuatan narang sampah organic secara sederhana dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Siapkan drum. Pada drum ini dibuat lubang buatan dibagian tengah alasnya dengan diameter 25 cm.

2. Drum dilaakkan dalam posisi terbalik di atas tanah berpasir. Pasir diperlukan agar bagian bawah drum cukup rapat sehingga sehingga udara yang keluar masuk melalui bagian bawah drum ini dapat dihalangi.

3. Daun kering dimasukkan ke dalam drum melalui lubang buatan dan dibakar. Penyalaan awal dapat dilakukan dengan menggunakan minyak. Selanjutnya, setelah api menyala aneka macam bahan dari sampah dapat dimasukkan ke dalam drum pembakaran sedikit demi sedikit agar nyala api tidak padam.

4. Selama proses pembakaran harus dijaga agar idak ada udara yang keluar masuk drum secara leluasa. Jika udara dapat keluar masuk drum maka pembakaran tidak akan menghasilkan arang melainkan abu. Dalm proses pembakaran ini, api dan asap yang timbul akibat pembakaran dimdalam drum menghalangi udara yang akan masuk melalui lubang buatan. Agar pembakaran merata sebaidigunakan kayu untuk mengorek sampah yang dibakar di dalam drum. Pengisian dihentikan ketika isi drum telah mencapai tinggi drum.

5. Jika asap yang keluar dari lubang buatan mengecil, ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu apinya padam atau pembakaran sudah selesai. Untuk itu drum dimiringkan sedikit (menggunakan kayu) agar udara masuk bawah dan segera ditegakkan kembali. Petugas tidak boleh dekat-dekat dengan drum,karena saat udara masuk dari bawah lidah api akan keluar dari mulut drum. Bilas tidak keluar lidah api, berartti pembakaran sudah selesai. Pada saat inilah kita harus menyiram bara arang di dalam drum dengan air. Penyiraman dapat dilakukan melalui lubang buatan.

6. Selanjutnya, drum digulingkan dan arang yang terbentuk dikorek-korek. Jika masih ditemukan bara arang yang menyala segera disiram lagi dengan air agar arang yang terjadi tidak menjadi abu.

7. Kumpulkan arang yang terjadi dan simpan ditempat yang aman.

B. Pembuatan Briket Sampah Organik

Proses pembuatan briket sampah organik memang agak rumit tetapi sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipraktekkan. Proses sederhana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Siapkan penumbuk, misalnya lesung dan antan, kemudian arang yang tersedia ditumbuk halus hingga menjadi bubuk arang. Selanjunya kumpulkan bubuk arang tersebut pada suatu tempat misalnya ember.

2. Siapkan kanji dan encerkan dengan air panas.

3. Campurkan kanji tersebut dengan bubuk arang sehingga menjadi adonan yang lengket. Agar pemakaian arang sampah organik lebih hemat adonan ini dapat ditambah dengan ampas kelapa, serbuk gergaji, kertas/koran bekas dan semacamnya. Selanjutnya, adonan diaduk-aduk agar semua bahan tercampur rata dan cukup lengket.

4. Seng talang yang tersedia (ukuran 30 cm x 70 cm) digulung membentuk silinder dengan ukuran diameter 20 cm dan tinggi 30 cm, diikat dengan kawat atau tali rafia agar tidak membuka saat diisi dengan adonan briket sampah organik. Pada bagian bawah seng talang dibuat lubang sekitar 5 cm x 5 cm. Seng talang ini akan dijadikan media cetak.

5. Letakkan gulungan seng talang di atas papan yang tersedia. Selanjutnya, pada bagian tengah gulungan seng talang diletakkan batang bambu atau batang pisang dengan ukuran panjang 40 cm – 50 cm dan diameter sekitar 7 cm. Letakkan pula batang bambu atau batang pisang secara mendatar melalui lubang pada bagian bawah gulungan seng hingga bertemu atau menempel batang bamboo atau batang pisang yang tegak. Fungsi bambu atau batang pisang ini adalah untuk membuat lubang ventilasi atau sumuran dibagian tengah dan bawah briket sampah organik yang tercetak nanti.

6. Setelah cetakan siap, masukkan adonan yang telah disiapkan ke dalamnya. Selama pengisian, adonan yang terdapat di sekiatar bambu atau batang pisang ditusuk-tusuk dengan kayu agar briket sampah organik yang tercetak cukup padat dan merata.

7. Selanjutnya cetakan ini dibiarkan dan dijemur selama kurang lebih 2 jam.

8. Setelah 2 jam (adonan mulai mengeras), bambu atau batang pisang dicabut pelan-pelan dengan sedikit diputar agar briket sampah organik yang tercetak tidak pecah. Gulungan seng disekelilingnya juga dibuka dengan cara dilepas kawat-kawat pengikatnya.

9. Briket sampah organik ini dijemur 2-3 hari sampai betul-betul kering.

Catatan:

1. Ukuran dan bentuk cetakan briket sampah organik bermacam-macam, ada yang besar dan ada yang kecil, tergantung pada kegunaannya. Bahkan, pembuatan briket langsung dapat dikepal dengan tangan.

2. Tempat cetak yang dapat dipakai juga bermacam-macam, misalnya kaleng susu, cangkir, atau bekas botol minuman yang terbuat dari plastik.

3. Briket sampah organik yang telah kering langsung dapat digunakan untuk memasak dengan cara dibakar dalam tungku atau anglo.

4. Briket sampah organik dapat juga dicetak terlebih dahulu di dalam tungku khusus untuk mencetak briket sampah organik seperti pot bunga atau kaleng biskuit bekas.

Potensi Alam Gunungkidul

Potensi Sumber Daya

Pertanian Dan Kelautan Pada sektor pertanian Kabupaten Gunungkidul memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan paling menonjol antara lain :
Tembakau Hasil produksi tembakau yang paling menonjol terdapat di Kecamatan Panggang 23,960 ton/th), Purwosari (67,876 ton/th), Saptosari (8,417 ton/th), Tepus (3,600 ton/th), Ngawen (79,500 ton/th) dan Semin (127,776 ton/th).
Ubi Kayu/Ketela Hasil Pertanian ini terdapat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul, pada tahun 2005 hasil panen ubi kayu/ketela sebanyak 799453,3 ton. Pada sektor kelautan potensi yang dimiliki masih sanggat terbuka lebar, hal ini dikarenakan luas garis pantai yang mencapai 97,76 km. Dengan demikian pengembangan pada sektor kelautan masih perlu ditanggani secara serius, sebagai bahan pengkajian dalam kurun waktu tahun 2000 sampai 2005 hasil panen laut baru berkisar antara 615.457 kg sampai dengan 617.100 kg. Meskipun hasil panen laut meningkat akan tetapi seharusnya dengan luas pantai yang dimiliki, hasil panen laut dapat lebih ditingkatkan.
Pertambangan dan Bahan Galian Kandungan material yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul beraneka ragam, baik yang bernilai ekonomis maupun ekologis. Berikut adalah beberapa potensi bahan tambang dan bahan galian yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul :
Andesit : Jumlah kandungan berkisar antara 3.752 m3 – 131.531.250 m3 terdapat di Kecamatan Panggang, Patuk dan Gedangsari. b.Batu dan Pasir : Jumlah kandungan berkisar antara 2.345 m3 – 560.410 m3 terdapat di Kecamatan Playen, Ngawen dan Gedangsari.
Batu Pasir Urug : Jumlah Kandungan berkisar antara 244.063.500 m3 terdapat di Kecamatan Ngawen, Patuk dan Gedangsari.
batu Pasir Tufan : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk, Panggang, Purwosari, Gedangsari, Nglipar, Semin, Ngawen dan Ponjong.
Batu Pasir Silika : Jumlah kandungan 24.000 m3 terdapat di Dusun Wuni dan Gabug, Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari.
.Batu Gamping Keras (Bedhes) : Dengan jumlah kandungan bervariasi dan terdapat di hampir seluruh wilayah Kabupaten Gunungkidul.
Batu Gamping Lunak (Keprus) : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Paliyan, Saptosari, Purwosari dan Panggang. h.Fospat : Terdapat di Kecamatan Playen , Desa Getas, Dusun Sengok dengan jumlah kandungan 66 m3. i.Breksi Pumis : Jumlah kandungan bervariasi terdapat di Kecamatan Patuk, Gedangsari, Semin, Ngawen, Karangmojo dan Ponjong.
Kalsilotit : Jumlah kandungan berkisar antara 301.020 m3 sampai 7.400.000 m3 terdapat di Kecamatan Playen dan Paliyan. k.Kaolin : Terdapat diKecamatan Semin dengan jumlah kandungan 4.840.500 m3 dan di Kecamatan Ponjong dengan jumlah kandungan 343.300 m3. l.Kalsedon (Batu Rijang) : Jumlah kandungan berkisar antara 8000 m3 sampai 30.000m3 terdapat di Kecamatan Panggang dan Ponjong. m.Kalsit (Kalsium Karbonat) : Jumlah kandungan 221.238 m3 terdapat di Kecamatan saptosari, Panggang, Purwosari, Girisubo, Paliyan dan Ponjong. 3.Perindustrian Pertumbuhan pada sector industri di Kabupaten Gunungkidul terus meningkat, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan pasar terhadap hasil-hasil industri. Beberapa industri yang berkembang di Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :
Kecamatan Gedangsari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : cowek batu, kayu/meubel, bambu dan batik.
Kecamatan semanu memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : emping melinjo, kayu/meubel, tempe, genteng, jamu dan bambu.
Kecamatan Patuk memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : Topeng, dan arang kayu.
Kecamatan Semin memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : Batako, tempe, tikar, makanan olahan, pathilo, bambu, dan kayu/meubel.
Kecamatan Karangmojo memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : bambu, emping melinjo, tegel, wayang kulit dan pande besi.
Kecamatan Saptosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : pathilo, rumput laut, tempe, bambu, perak, kasur dan genteng.
Kecamatan Rongkop dan Kecamatan Girisubo memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : anyaman rotan, wayang kulit, emping melinjo, bambu, tahu, asesoris dan pathilo. h.Kecamatan Paliyan memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : bambu, parut, perak, ban bekas dan kuningan. i.Kecamatan Playen memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : genteng, kayu/meubel, jamu, tegel, gerabah, pawon/luwengan, batu ornamen, makanan olahan dan asesoris
Kecamatan Ponjong memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : batu akik, kayu/meubel, tahu, bambu, pupuk guano, emping melinjo dan batu olahan. k.Kecamatan Nglipar memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : kayu/meubel, gula jawa, tikar dan bambu. l.Kecamatan Ngawen memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : batik, kain tenun dan bamboo. m.Kecamatan Panggang dan Kecamatan Purwosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : makanan olahan, pathilo, kayu/meubel dan emping melinjo.
Kecamatan Tepus dan Kecamatan Tanjungsari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : pathilo, kayu/meubel/, kece dan tikar.
Kecamatan Wonosari memiliki potensi/bahan/kerajinan antara lain : asesoris, gamping, kecambah, ember, sablon, konveksi, mainan anak, anyaman sabut, wayang kulit, batu ornamen, pande besi, tegel, kulit, tembaga dan kayu/meubel. .

bismillah

assalamu'alaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena dengan rahmat, nikmat dan kesempatan ini kami diberi amanah untuk melakukan PKMM berupa pelatihan pembuatan briket sampah organik di desa Ngeposari, kecamatan semanu Kab. Gunungkidul, Yogyakarta.
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu...
kepada Bp. Sabar nurohman yang dengan sabar membimbing kami,
kepada kedua orang tua kami yang telah memberi dukungan dan
temen temen seperjuangan di PFR'06 dan KSI MIST atas semangat dan motiVasinya....
semangat terus buat kita semua.....
Wassalamualaikum.wr.wb